196 Siswa dan Guru di Sragen Keracunan MBG, BGN Desak Pengiriman Dipercepat

Sragen, 13 Agustus 2025 — Sebanyak 196 siswa dan guru di Sragen, Jawa Tengah dilaporkan mengalami keracunan massal setelah menyantap hidangan dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Menanggapi insiden ini, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana segera mengambil langkah tegas. Ia memerintahkan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk memperpendek waktu pengiriman makanan ke sekolah-sekolah. Kebijakan ini diambil guna meminimalisir risiko pertumbuhan bakteri akibat keterlambatan distribusi.

Menyoal Penyebab dan Bahaya Tersembunyi

Pakar keamanan pangan dari UGM, Prof. Sri Raharjo, menekankan bahwa makanan bisa tampak aman namun tetap mengandung risiko serius. Ia menjelaskan dua potensi penyebab keracunan: food intoxication (keracunan akibat racun bakteri) dan food infection (keracunan akibat bakteri patogen). Keduanya sering tidak terdeteksi hanya dari tampilan atau rasa makanan.

Lebih lanjut, Prof. Sri menyoroti skala produksi besar sebagai faktor pemicu. Menyiapkan ribuan paket makanan bukanlah hal sederhana. Daging yang terlihat matang belum tentu mencapai suhu aman 75 °C di bagian dalam, dan bahan mentah dari pasar tradisional berpotensi terkontaminasi jika tidak dibersihkan dengan benar.

Evaluasi Nasional: Serentak di Berbagai Daerah

Kasus di Sragen bukan yang pertama. Sejak Januari 2025, berbagai insiden serupa terjadi di sejumlah provinsi. Di Bogor, misalnya, ratusan siswa dari TK hingga SMA mengalami keracunan dan sebagian harus mendapatkan perawatan intensif.

Data BGN mencatat setidaknya 327 siswa terdampak dari enam kasus sejak program MBG diluncurkan. BPOM juga mengonfirmasi adanya 17 kejadian luar biasa keracunan MBG di 10 provinsi, dengan dugaan kuat penyebabnya adalah kontaminasi bahan pangan awal dan sanitasi dapur yang tidak memadai.

Aksi dan Rekomendasi Strategis

Langkah BGN tidak berhenti pada percepatan distribusi. Investigasi menyeluruh dilakukan terhadap operasional SPPG, termasuk uji laboratorium untuk mengidentifikasi titik kritis penyebab keracunan.

BPOM memberikan pendampingan kepada dapur-dapur MBG agar standar sanitasi dan keamanan pangan diperketat. Sementara itu, KPAI merekomendasikan pengawasan harian antara pihak terkait, memastikan SOP dipatuhi, serta melibatkan orang tua dan masyarakat dalam pengawasan program.

Program MBG memiliki misi mulia memperbaiki gizi anak bangsa dan menjangkau puluhan juta penerima. Namun, pelaksanaan yang tergesa-gesa dan kurang pengawasan justru berpotensi membahayakan kesehatan.

Insiden di Sragen menjadi alarm keras bahwa program sebesar ini memerlukan pengelolaan yang matang, distribusi yang cepat namun aman, serta pengawasan ketat agar niat baik pemerintah benar-benar membawa manfaat, bukan petaka.

1 Comment.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *